Evi
hanya tersenyum kecil, lalu perlahan sedikit demi sedikit berdiri dari tempat
duduknya. “ entah lah…” ucapnya dengan lembut. “mungkin aku bisa membuat alasan
dengan menyebut karna kamu sifat, atau fisik kamu.. tapi alasan klise itu bukan
aku, karna alasan itu sama sekali tak terlintas dibenakku…”
“Tiba-tiba
suka……hanya naluri itu yang membuatku bertindak sejauh ini…” timpalnya sambil
menatapku dengan mata kecoklatannya
“oh
begitu..” sahutku dingin. Entah kenapa aku merasa menyesal, karna menjadi pria
brengsek yang tak berani menjawab perasaan tulus seorang wanita.
“ya
sudahlah..” tukasnya mulai merengggakan tubuhnya dengan memelintir kedua lengan
yang saling mengait satu sama lain kedepan. Seakan meringankan beban berat pada
tubuhnya yang kelelahan “ setidaknya…aku udah mengucapkan semua alasan itu,
sama kamu..dihari terakhirku….”
Perlahan
ia akan membalikkan badan.“ mulai besok..kamu gak akan melihatku lagi… jadi
selamat tinggal Kevin..” katanya
perlahan melangkah pergi, sambil menyusuri lembut punggung kursi kayu dengan
jari jemarinya yang indah.
Entah
kenapa saat itu, tubuh ku telah melompat berdiri, lalu mengucapkan kata-kata
yang tak menyesuaikan dengan pikiran. “masih ada beberapa jam sebelum hari esok
!” kataku dengan lantang.. “setidaknya kamu bisa habisi hari ini denganku untuk
terakhir kalinya…”
Seketika
evi berhenti melangkah, lalu berbalik. Aku tak akan pernah melupakan ekspresi
itu, dan senyuman berseri dari wajahnya. “ya kalau kamu tak keberatan..”
ucapnya sambil mengusap matanya yang berkabut.
Dalam
sekejab kita menghabiskan waktu dengan sebaik-baiknya, tawa dan canda itu
menghiasi tiap langkah ringan kita berdua,, nonton, bermain game, dan
berbelanja, kita lakukan dengan semua tenaga dan upaya yang kita punya. Seakan
ini adalah hari terakhir yang hanya dimiliki kita berdua.
Aku
tersenyum kecil melihat, senyuman evi yang berseri-seri, serta eksperi seperti
anak-anak yang lupa akan segalanya….tapi aku tahu ia menahan kesedihan yang
terdalam, kesedihan yang ditutupinya dengan senyuman polos anak kecil.
Tanpa
sadar aku juga melakukan hal yang sama, entah itu naluri atau hanya kebaikan
hati, tapi yang aku tahu pasti, kita berdua akan menikmati hari ini, sebisa
mungkin..meskipun hanya waktunya sempit.
Aku
tak tahu, apakah aku menyukainya atau tidak, tapi ketika memikirkan akan sosok
yang selama ini menggangguku selama sebulan penuh tiba-tiba hilang begitu saja,
aku gelisah dan tak bisa mengusaii diri…penyesalan itu selalu datangnya
terakhir..dan memang selalu datang saat akhir.
Kenapa ia tak memberi tahukan ku kalau ia akan
pergi….gumamku saat mengatarnya pulang. Ataukah evi memang tak mau melihatku
berbelas kasih kepadanya karna itu bulan terakhirnya, Semua jawaban tak
kutemukan..mungkin tak akan pernah. Hanya penyesalan yang mungkin memberatkan
langkahku keesokan harinya.
Nona penuh percaya diri
itu ternyata berhasil… berhasil mempermainkanku disaat terakhir….
Ucapku dalam suasana tak menentu ini,
perlahan aku pergi dari rumahnya. Menghilang dalam kegelapan malam.
Esok
harinya…
“
Kevin mau makan siang bareng gak.. !!” seru evi dengan suara lantang, didalam
kelas yang masih penuh.
Aku berulangkali mengusapkan mata
berulang kali....merasa hanya ilusi yang mempermainkan penglihatanku. Tapi aku
salah, itu benar-benar evi..”vin kenapa bengong gitu.?? .kamu bilang kemarin
suka sama cewek yang bisa masak kan…?
CIIIEEEEE…. Sorak se isi
kelas bersamaan.. “asik nih, makan gratis..bang haji..!” celetuk seseorang
“Berisik !” seruku jengkel.
“kamu mau apa engga nih…aku udah bawa
bekal.. banyak..dan masak sendiri.juga.” desak evi seperti mengabaikan semua
orang.
CIIIIEEEEE
kembali
seisi kelas. Menyoraki..
“ tunggu-Tunggu !” tukasku diantara
sorakan itu “bukannya kamu sudah pindah
Vi ?!”
Evi malah mengerutkan keningnya. “iya
aku pindah.” sahutnya kebingungan “pindah kekelas sebelah…”
Seketika mulutku terbuka lebar “apa !?”
seruku kaget “jadi kenapa kamu kemarin melakonlis sampai nangis gitu..kayak mau
pindah dari sekolah..!!”
Evi makin kebingungan “yang bilang itu
siapa…?..aku kelelahan aja, lalu sedikit menguap aja..…gak ada nangis kok…!”
jelasnya dengan seksama. Perlahan ia mulai tersenyum kecil “jangan bilang
kemarin…kita ngedate gara-gara kamu pikir, kalau aku akan pindah dari sekolah
ini…!”
Dengan cepat aku memalingkan wajah,
menutupi perasaan malu akan kebodohan yang aku perbuat.. “Kevinnn !” panggil
evi.
Seketika keringat mulai keluar, terlalu
malu untuk menatap wajah evi. “tapi bukannya berarti perlakuan kamu yang
kemarin itu..tandanya kamu suka juga ya sama aku…ya …?” desaknya dengan nada santai
Dengan cepat aku menoleh kembali…aku
melihat senyuman kemenangan dan penuh dengan kepercayaan diri itu. senyuman
dari wanita yang telah mengguncang duniaku selama sebulan ini.
“ benar bukan…!?” tanyanya penuh
kemenangan
Aku hanya bisa tersenyum lelah Tuhan
Tolong selamatkan aku dari Nona yang terlalu percaya diri ini… rapalku
seperti berdoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap berkomentar sesuai dengan konten